Thursday 29 September 2011

awan-awan yang kau lintasi di suatu perjalanan

03:35 2 Comments

Setiap kali kamu melintasi awan-awan itu, ingatlah
Semula awan sekadar tetesan, setelah bergulat dengan panas
Jadilah ia seringan kapas
Semula awan berkarib dengan tanah, kini ia memenuhi langit yang megah

Kudengar, kau kini sedang melintasi awan-awan itu menuju sebuah negeri yang belum pernah kujamah
Benarkah?
Benarkah kau terbang, hingga kakimu melayang, hingga langit itu tinggal sedepa dari dadamu?
Benarkah Tuhan sedang mengangkatmu begitu tinggi?

Jika benar, kuingatkan kembali, kau tentu akan menjejak tanah kembali
Kau akan kembali ke tempat ibumu pernah menimang
Sama seperti awan, yang menunggu waktu untuk kembali menjadi hujan
Untuk kembali pulang

Jika benar, aku sekadar mengingatkan, selalu ada pantai-pantai yang menunggu kembali jejak kakimu
Selalu ada pucuk-pucuk dahan yang rindu kau kecup embunnya tiap pagi
selalu ada, selalu ada yang menunggu engkau pulang dengan cerita dari tanah seberang


Sunday 25 September 2011

catatan pagi yang ditulis buru-buru

17:10 0 Comments


pagi ini sebuah catatan singkat
yang kutulis dengan buru-buru
tak sengaja terbaca olehmu

aku menuliskan beberapa hal tentang kita
seperti pesan pertama yang kau kirim
pertemuan pertama yang di luar rencana
juga percakapan-percakapan panjang di luar kepala

kamu sudah mulai lupa, ku kira
maka kutulis ini dengan doa
pagi ini kau membaca
dengan atau tanpa sengaja
kemudian kau akan menilik kembali

apakah rindu-rindu yang kau titipkan pada bulan separuh penuh kini mulai luruh?
ataukah kini rindu-rindu itu kau kirimkan untuk yang lain, yang cantiknya lebih utuh?

entah lelaki, aku hanya melihat kabut pagi ini
bayangmu samar dan terlihat pergi

Surabaya, 26 September 2011

Sunday 11 September 2011

My Name is Nada and I'm not a boy

22:22 8 Comments
Suatu obrolan di kampus. Saya dan teman-teman sedang asyik berdiskusi hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan waktu jam sembilan kurang. Saya berdehem,”ehem, jam malem cewek nih. Udahan yuk diskusinya, lanjut besok”. Seorang teman *yang sangat kejam* nyeletuk,”Lho, disini kan cowok semua”. Kemudian dia dan yang lain tertawa puas. Puas.

Belum lagi waktu kemarin saya mboncengin temen saya. Kebetulan temen saya itu, sebut saja si A, adalah cowok. *oke, dia cukup geje untuk minta diboncengin cewek* sampe kemudian ada teman saya menyalip dari belakang. Sebut saja dia si B, dengan pedenya dia bilang,”Lho, ternyata Nada. Aku kira cowok”.

Bukan hanya sekali dua kali saya diperlakukan tak senonoh semacam itu. Dianggap sebagai cowok. Hello! Saya cewek, berjilbab lagi. *geregetan*

Sampai akhirnya seorang temen cewek bilang dengan santainya kepada saya,”Lha kamu tomboi begitu, slengekan, gimana ngga kaya cowok”.

JLEB. Jadi ternyata sikap saya yang tidak kalem sama sekali ini membuat orang-orang menyangsikan feminitas saya apalagi di  institut teknik yang mayoritas mahasiswanya adalah cowok. Saya semakin tersudutkan.. *nangis di sudut kelas*

Saya kemudian *menghajar* memaklumi teman-teman saya, dan berusaha memperbaiki diri. Tampil lebih kalem, lebih girly. Yang saya ngga bisa maklum adalah orang-orang yang mengira saya cowok karena nama saya. Sekali lagi, Nama saya.

Jadi pernah ada orang yang karena suatu urusan berkomunikasi dengan saya via sms. Orang tersebut belum pernah bertemu saya sebelumnya. Setelah beberapa hari, orang tersebut menelpon saya.
Dia: halo, ini nada haroen?
Saya : ya, ini nada.
Dia : lho, saya mau bicara sama nada.
Saya : ya, saya ini nada.
Dia : ini nada apa CEWEKNYA nada sih?
Saya : YA INI NADA.
Dia : Oh, jadi nada itu CEWEK ya.. HAHAHA, saya kira cowok sih soalnya namanya pake HAROEN.

Kalau saat itu dia di hadapan saya, udah saya ceburin dia ke rawa ITS. *emosi*

Trus ada lagi, ada orang kirim saya email. Undangan penelitian. Saya jelas kaget karena bidang penelitian tersebut bukanlah bidang saya. Saya akhirnya kirim balik untuk konfirmasi. Email balasan dari orang tersebut minta maaf bahwa dia salah kirim email dan parahnya dia menyebut saya MAS HARUN, ya Mas HARUN!

Saya masih ngga habis pikir kenapa nama Nada bisa terdengar seperti cowok. Saya yang salah otau orang-orang itu mengalami disorientasi..

Well, tapi saya akhirnya memaafkan orang-orang semacam itu. Semoga Tuhan segera memasukkan orang-orang tersebut ke surgaNya, segera saja *doa jahat tapi baik*

Nah, hari ini, kebetulan saya pakai Rok coklat dan kemeja pink juga jilbab dengan warna yang sama, warna pink. Komentar teman saya: “Wah, Nada ya? Sejak kapan pakai pink?”
“Tumben dek hari ini feminim sekali.” *blushing* :">

Komen yang paling ngeselin,” kamu kok gayanya ngga bisa ditebak gitu nad, kemarin tomboy abis, Sekarang jadi necis”. :-|

sungguh tega wajah kalem begini disebut tomboy :D



Saturday 3 September 2011

Sepasang Tua Bercengkerama Dalam Senja

01:41 7 Comments

suatu senja, saat secangkir kopi yang kau suguhkan masih mengepul
saat kursi kayu jati di beranda jati masih tegak menopang
kau datang membawa senyuman
kita kemudian bersebelahan, saling menghitung uban

matahari yang sejak pagi berlari-lari cemburu melihat kita yang tak peduli waktu
seperti kerut-kerut yang menggerutu, sebab acuh kita padanya, pada usia

kamu lalu berbincang masa lalu, mengeluarkan selembar kertas lusuh dan membacakan puisi untukku

aku mencintaimu biasa saja, sayang.
sebab cintaku untukmu adalah kebiasaan.

aku mencintaimu sederhana saja, sayang.
senyum dan cinta yang sama di tiap masa.

aku mencintaimu semampuku saja, sayang.
semampu aku bernafas, selama itu pula cintaku tak tuntas.

aku mencintaimu sepenglihatanku saja, sayang.
entah kau terlihat muda atau keriput, cintaku tak akan surut.

ku kecup kamu dengan syahdu
ku dekap kamu sepenuh kalbu

selepas senja, cucu-cucu kita tiba
apa yang hendak kita berikan kepada mereka?
tanyamu sambil menggenggamku

mudah saja, pelajaran jatuh cinta setiap hari kepada orang yang sama.

Lereng Sindoro, 3 September 2011
credit    picture  from here