Sunday 7 August 2016

Krisis Perempat Baya alias Quarter-Life Crisis dan Cara Mengatasinya

18:31 0 Comments

Jika kamu berumur antara 20-30 tahun dan sedang mengalami fase-fase penuh kegelisahan dalam hidup dan kamu merasa kamu tidak menemukan jawaban atau bimbang dalam menentukan apa yang akan kamu lakukan selanjutnya dalam hidupmu, kamu tidak sendirian. Kamu sedang mengalami krisis perempat baya alias quarter life crisis, sebuah kondisi yang banyak dialami oleh seseorang yang sedang mengalami transasi dari masa remaja menjadi seseorang yang (harus) dewasa sepenuhnya.
Silakan tanyakan ini pada dirimu.

1. Saya bimbang dan merasa galau apa yang harus saya lakukan berikutnya dalam hidup, melanjutkan studi? Mengejar karir di bidang lain? Menikah?
2. Saya merasa pekerjaan saya sekarang sungguh membosankan dan saya ingin suasana yang lain dari pekerjaan yang monoton seperti saat ini.
3. Setelah lulus apakah saya harus melamar pekerjaan? Pekerjaan macam apa yang cocok untuk saya? Ataukah sebaiknya saya berwirausaha? Tapi usaha macam apa yang bisa saya rintis? Bagaimana caranya?
4. Hampir tiap akhir pekan agenda saya adalah mendatangi resepsi teman atau rekan. Saya sendiri kapan dong? Keluarga dan kerabat selalu menanyakan hal yang sama kepada saya, kapan nikah? Kapan nikah? Duh, jodoh pun belum bertemu.
5. Saya sudah berada dalam hubungan yang panjang, tapi rasanya tidak ada kejelasan dalam hubungan kami. Apakah kami akan menikah? Apakah kami memang cocok untuk menghabiskan hidup kami bersama? Apakah dia memang ingin menikahi saya dan apakah saya juga ingin menikahi dia?
6. Saya sudah menikah, tapi saya merasa banyak impian saya belum terwujud. Bagaimana bisa saya mewujudkan mimpi – mimpi saya itu dengan tanggung jawab yang saya miliki sekarang setelah menikah? Masih bisakah saya mengejarnya?
7. Si kawan itu sudah berhasil mencapai ini, si dia sekarang sudah berpenghasilan sekian, kenapa saya jauh dari yang saya harapkan?
8. Kenapa setelah semua yang saya dapatkan saya tidak merasa bahagia? Apa sih sebenarnya yang bisa membuat saya bahagia?
9. Pencapaian saya selama ini tidak ada artinya. Saya ini bukan siapa-siapa.
Dan daftar kegalauan ini pun bisa terus bertambah tanpa henti. Jika dari pertanyaan-pertanyaan di atas ada yang kamu rasakan dan pertanyaan itu muncul terus berulang-ulang, mungkin kamu sedang mengalami quarter-life crisis.

Sumber dari sini yang juga membahas quarter-life crisis


Quarter –life crisis ini biasanya memang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut keputusan kita di masa depan yang akan berpengaruh dalam hidup. Jadi bukan hal macam kegalauan hari ini makan apa yang muncul tiap hari, itu belum bisa disebut quarter-life crisis sepertinya.
Saya sendiri baru mendengar soal istilah ini beberapa hari lalu dari teman saya yang mengambil doctoral di bidang psikologi. Dan pertanyaan saya ketika mendengar hal ini, terus bagaimana dong mengatasinya?
Kata dia, jawabanya adalah Let It Go. Ada masanya kegelisahan itu akan lewat, misal sekarang kamu terus galau dan merenung kapan kamu akan menikah? Kapan tiba giliranmu? Setahun setelah momen quarter-life crisis ini lewat, kamu akan menilik kembali ke masa itu dan merasa, “Duh, ngapain dulu hal kayak gitu digalauin terus-terusan. Buang Energi. Just Let it Go and moving forward”.
Meskipun jawaban ini terasa masuk akal dan hanya bisa dibuktikan oleh waktu, saya akhirnya mencari jurnal atau paper yang membahas hal ini dan bagaimana mengatasinya. Akhirnya saya menemukan salah satu paper yang berjudul “Coaching Clients through the Quarter-Life Crisis: What works?” ditulis oleh Alice Stapleton pada tahun 2012  . Di paper tersebut dituliskan juga macam-macam kegalauan yang muncul dan karena responden berasal dari UK maka kegalauannya agak sedikit berbeda dengan kegalauan anak muda Indonesia, misalnya tidak ada isu sama sekali soal pernikahan. Yang menarik adalah bagaimana paper tersebut menjelaskan bagaimana kita bisa melewati quarter-life crisis. Di paper tersebut sebenarnya hal yang dilakukan untuk melewati crisis ini adalah dengan coaching, atau pembinaan, meskipun saya rasa kita juga bisa mencobanya dan inilah yang bisa kita lakukan. 
1. Tentukan arah dan Fokus
Ketika menghadapi quarter life crisis, hidup terasa tak menentu dan kita merasa tak jelas kemana harus melangkah. Di paper disebutkan, dalam coaching tersebut, kita bisa dibantu untuk menentukan arah dan focus dengan arah tersebut. Kalau kita tidak ikut coaching apa yang bisa kita lakukan? Lihat kembali hidupmu dari posisi yang berjarak, evaluasi semua arah yang pernah kamu tuju dan tentukan mana yang membuatmu merasa lengkap dan fokuslah ke arah itu. Misal kamu merasa hal yang sangat menarik dalam hidupmu adalah pendidikan, opsi melanutkan pendidikan bisa jadi lebih masuk akal dan fokuslah untuk mengejar pendidikan lanjut. Bagaimana jika kamu tahu bahwa yang ingin kamu lakukan adalah membangun keluarga dan membesarkan anak-anak? Fokuslah mencari jodoh dan tentukan apa yang bisa kamu lakukan untuk mencari orang yang sevisi dengan kamu. Ini bukan artinya tidak pilih-pilih, tapi tidak ada salahnya mengambil insiatif selagi itu masih masuk akal. Misalnya berteman dengan banyak orang, menambah lingkungan pertemanan atau terang-terangan minta dicarikan jodoh ke orang tua atau teman.
2. Tentukan target 
Kalau kamu sudah tahu arahmu, tentukan tujuan yang harus kamu capai dalam waktu yang singkat missal satu tahun atau lima tahun. Misal untuk studi lanjut, kamu tahu bahwa tahun ini kamu harus melengkapi persyaratan bahasa dan mendaftar di universitas tujuan. 5 tahun lagi kamu akan selesai dengan studi doktoralmu. Apakah semua target ini mutlak harus dipenuhi? Tidak. Tujuan dari target ini adalah agar setiap langkah yang kamu ambil mengarah ke target itu dan kamu tahu apa yang kamu lakukan dengan hidupmu.
3. Rancang aksi hidupmu atau action planning  life
Sekarang kamu sudah menentukan targetmu, saatnya merancang apa yang bisa kamu lakukan untuk mencapai target itu. Apakah kamu bisa mempersiapkan bahasa jika masih bekerja secara penuh? Atau kamu harus resign dan mempersiapkan diri secara intens? Semua ini kembali kepada arah dan target hidupmu. Apakah ini mudah, menurut paper tersebut, hal ini masih sulit dan orang yang galau merasa merancang action plan tidak semudah menentukan hal yang lain. Ada baiknya kamu memiliki teman diskusi, akan sangat susah mengalami ini semua sendirian. Pada titik ekstrim, seseorang yang mengalami quarter life crisis bisa merasa berada pada titik terendah dalam hidup dan bisa berpikiran pendek untuk mengakhiri hidupnya. Disinilah pentingnya membagikan kegalauan kamu, berdiskusi dengan orang lain untuk menjaga kewarasanmu.
4. Skill
Di paper tesebut, sebenarnya skill yang dimaksud adalah skill yang didapat selama coaching seperti kemampuan untuk mengatakan tidak pada sesuatu yang kita tidak suka atau bersikap lebih asertif. Skill ini dinilai berguna untuk membantu diri keluar dari krisis ini.
5. Kenali diri sendiri
Self-awareness adalah hal yang penting. Dengan mengenali diri sendiri, kita bisa tahu apa yang bisa kita lakukan. Kita bisa menghargai diri sendiri dan menerima diri kita. Tentu hal ini tidak mudah apalagi jika kita terus menolak menerima diri sendiri atau denial dan hidup dalam angan-angan. Karena itulah, mengenali diri sendiri dan menerima diri sendiri itu menjadi salah satu kunci untuk keluar dari krisis ini.
6. Refleksi diri sendiri 
Refleksi ini juga membantu lebih mengenali diri sendiri. Tentang apa yang sudah kita lakukan, mengevaluasi kesempatan yang kita lewatkan atau kesempatan yang kita manfaatkan dalam waktu seminggu, sebulan atau bahkan setahun. Mengevaluasi diri sendiri bisa membuat kita sadar kesalahan apa yang telah kita perbuat dan bagaimana menghindari mengulangi kesalahan yang sama.
7. Percaya diri
Orang yang mengalami quarter-life crisis umumnya mulai kehilangan kepercayaan diri. Hal ini berkaitan juga dengan mengenali diri sendiri dan refleksi diri. Dengan melakukan hal tersebut, kita bisa menerima kelebihan dan kekurangan kita, menyadari keunikan diri dan menjadi lebih percaya diri. Ketika kita memiliki kepercayaan diri, kita akan melangkah dengan pasti dan saya selalu percaya langkah yang pasti akan mengantarkan kita ke tempat yang pasti pula.
Tujuh hal di atas, bisa dicek kembali berasal dari paper yang saya sebutkan. Meskipun banyak pula yang saya tambahi dengan penjelasan yang saya pahami sendiri. Apakah saya bisa membantu mengatasi krisis ini? Saya sendiri berada dalam usia ini. Saya sendiri mengalami salah satu krisis tersebut. Apakah saya berhasil melewatinya? Saya sedang berusaha melewati krisis ini. Tujuan saya menulis ini adalah untuk menyadarkan teman-teman yang semula mengalami krisis semacam ini dan merasa hanya dia yang merasakannya, tidak, ini namanya quarter-life crisis dan banyak orang mengalaminya. Dengan begitu, kita bisa bersama-sama melewati krisis hidup ini.
Selain tujuh hal yang saya dapatkan dari paper, sebagai seorang yang percaya dengan Tuhan dan Agama, saya juga percaya hal-hal religius membantu saya untuk melewati krisis ini dengan lebih tenang. Sebagai muslim, sholat, membaca Al Qur’an, sholawat, sedekah dan hal religius lainnya membantu saya untuk melewati krisis ini. Dan juga, hal-hal tersebut merupakan pesan ibu saya yang berusaha betul saya pertahankan.
Perlu diingat, latar belakang pendidikan saya bukanlah psikologi. Pengetahuan saya terbatas dalam bidang ini. Tujuan saya menulis ini juga untuk berbagi, mencari masukan dari orang yang lebih berkompeten di bidang ini ataupun dari orang yang sudah berhasil melewatinya. Bagaimana kamu berhasil melewatinya? Share di kolom komentar ya.

Saturday 18 June 2016

Kuliah di UK - What I Need to Know? Part 2

16:55 0 Comments
Setelah 3 bulan lalu menulis bagian 1, kini akhirnya selesai juga bagian ini. Semoga malas tidak melanda untuk menuliskan bagian terakhir nanti!

Juni 2015 saya mendapatkan dua kenikmatan yang luar biasa. Unconditional Letter dari Warwick Business School dan juga beasiswa LPDP. Pada saat itu, perasaan saya bercampur antara syukur, senang , nervous dan juga penuh pertanyaan akan seperti apakah hidup saya nanti di UK dan apa saja yang harus saya persiapkan. Tulisan ini, menyambung tulisan saya sebelumnya, ditujukan untuk teman-teman yang berada di fase tersebut. Sudah diterima di universitas tujuan dengan sokongan dana penuh baik itu dari beasiswa maupun dari kantong pribadi.


Saya mendapatkan cukup banyak pertanyaan di fase ini yang akan saya coba rangkum dan semoga membantu!


Sebaiknya tinggal di mana UK?

Memilih tempat tinggal di UK perlu mempertimbangkan beberapa faktor dan prioritas dari faktor-faktor tersebut bisa berbeda antara satu orang dengan yang lain. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah area kampus, lokasi kampus, beban kuliah, keamanan dan juga kenyamanan. Di UK, setidaknya ada dua macam tipikal area kampus. Kampus dengan area terpusat yang artinya semua wilayah kampus berada di area yang sama dan kampus yang memiliki gedung-gedung yang terpisah namun masih berada dalam satu kota yang sama. Contoh kampus dengan area terpusat di Indonesia adalah seperti ITS dan UI. Sementara kampus dengan gedung-gedung yang terpisah seperti UNAIR dan UGM. Kampus saya sendiri areanya terpusat di Coventry, mirip dengan kampus saya dulu ITS. Hampir semua kebutuhan mahasiswa ada di area kampus mulai dari supermarket, kantor pos, bank, bioskop, art centre, bookshop, health center, sport center, masjid, hingga café dan bar. Di kampus semacam University of Warwick, tinggal di dalam kampus atau on campus menjadi nilai lebih karena hal-hal tersebut. Alasan lainnya adalah beban kuliah yang mengharuskan saya untuk sering di kampus hingga larut malam karena ada group work. Teman-teman saya yang tidak tinggal on campus, harus meninggalkan kampus dan berkejaran dengan bis terakhir sekitar pukul 11 malam. Kalau tertinggal, selamat menunggu sampai pagi berikutnya atau harus naik taksi.


Lingkungan on campus juga relatif lebih aman karena ada security yang selalau berkeliling dan mengamankan kampus. Berjalan pukul 3 pagi di tengah kampus saya tetap merasa aman dan nyaman saja. Tinggal on campus juga memberikan kesempatan saya untuk mengenal orang-orang baru. Campus accomodation, atau akomodasi yang dikelola kampus juga bisa memberikan kesempatan ini. Saya bisa berteman dengan orang yang memiliki latar belakang yang jauh berbeda dari saya dan tentunya ini memberikan kesempatan jejaring untuk saya juga. Tinggal off campus juga memiliki kelebihan dari segi biaya, yang biasanya jauh lebih murah. Teman-teman dari Indonesia seringkali bersama-sama menyewa satu rumah dan ditinggali bersama. Biaya yang dihemat bisa sampai separuh biaya tinggal on campus. Tinggal off campus juga artinya kita bisa memilih lokasi kita dan lingkungan kita. Dan untuk yang kampusnya tersebar, hal ini juga menyenangkan karena kita bisa memilih lokasi yang berdekatan dengan gedung jurusan atau laboratorium kita.


Saya sendiri tinggal on campus dengan pertimbangan kuliah yang penuh dan tugas yang mengharuskan saya berada di kampus hingga larut. Ibu saya sendiri merasa lebih yakin jika saya tinggal on campus dan Alhamdulilah saya mendapatkannya. Konsekuensinya, saya harus lebih berhemat di makanan dan juga pengeluaran yang lain. Namun untuk saya pribadi, hal itu sebanding dengan apa yang saya dapatkan. Kalau kamu masih bingung, silakan pertimbangkan faktor-faktor tadi dan mana yang kamu prioritaskan. Jika biaya adalah prioritas kamu, saya sarankan kamu mencari akomodasi off campus yang murah. Namun jika kamu memiliki prioritas yang sama dengan saya, kamu bisa memilih tinggal on campus.


Soal makanan halal bagaimana?

Alhamdulilah, di dekat kampus saya terdapat supermarket besar yang menyediakan daging halal. Saya biasa memasak sendiri selain karena alasan hemat juga karena saya bisa yakin jika makanan saya itu halal dan sehat. Namun di UK tempat makanan halal sendiri mudah ditemui. Beberapa toko biasanya menuliskan logo halal di toko mereka. Meskipun tidak semudah mencari makanan halal di Indonesia, restoran di UK juga beberapa menyediakan menu halal. Sebagai kostumer kita dituntut lebih aktif mencari tahu tentang kehalalan ini jika kita memang memiliki concern yang tinggi dengan apa yang kita makan. Tapi memang yang paling mudah masak sendiri, sehat dan murah. Saya sendiri biasanya sekali masak dalam jumlah besar dan saya simpan di kulkas, sehingga bisa saya makan untuk hari berikutnya, tinggal menghangatkannya di microwave. Cara ini selain efesien waktu juga effort.


Kalau begitu, apa saja yang perlu saya bawa? Baju hangat bawa dari Indonesia juga?
Di awal musim tahun ajaran baru, biasanya akan ada banyak barang hibah dari mahasiswa yang lulus tahun sebelumnya. Pastikan ini dulu di kampus kamu jadi kamu tahu apa yang perlu dan tidak kamu bawa. Barang barang elektronik saya sarankan untuk membeli di UK saja, selain karena makan tempat, di UK toh ada juga. Dan untuk baju hangat, di UK harga lebih murah dan lebih sesuai dengan cuaca UK. Strategi saya sendiri, untuk baju musim dingin karena tidak akan saya pakai lagi di Indonesia, saya membeli baju musim dingin yang hangat dengan harga bersahabat. Yang biasanya menjadi langganan saya adalah Primark. Selain hemat bagasi, membeli baju di UK harganya murah jika dibandingkan dengan harga makanan. Karena itu, sebaiknya yang di bawa dari Indonesia justru makanan khas yang susah ditemui di UK semacam abon, rendang dan bumbu-bumbu lain. Namun harus perlu diperhatikan betul jika membawa olahan daging, pastikan dibungkus berlapis-lapis dan rapat agar tidak terendus oleh anjing pelacak, karena sebenanrnya membawa makanan olahan daging ke UK itu dilarang.


Hal lain yang saya bawa dari Indonesia karena tidak ada di UK adalah guling. Jika kamu tipikal orang yang tidak bisa tidur tanpa guling, maka guling hukumnya menjadi wajib. Obat-obatan khas Indonesia semacam minyak kayu putih dan tolak angin juga menjadi begitu berharga di UK.


Untuk visa bagaimana?

Saran saya untuk visa, kunjungi website imigrasi UK dan pelajari setiap dokumen yang dibutuhkan untuk visa pelajar atau visa Tier 4. Terjemahkan setiap dokumen yang dibutuhkan di penerjemah tersumpah yang ada di daftar website tersebut. Selain ijazah, dokumen lain seperti KK dan Akta kelahiran tidak perlu dilegalisir ke kantor catatan sipil. Namun untuk ijazah dan transkrip saya sarankan untuk dilegalisir oleh pihak sekolah atau universitas. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah soal pemesanan tiket, saran saya pesan tiket setelah visa kita keluar. Karena di visa tersebut akan ditulis kapan kita diperbolehkan masuk ke UK. Jika kita memesan tiket di luar tanggal tersebut maka kita harus menggantinya.  Apakah perlu jasa agen? Berdasarkan pengalaman saya, mengurus visa sendiri mudah karena semua data pendaftaran bisa kita penuhi sendiri dan pendaftarannya pun bisa kita lakukan melalui website.



Wednesday 23 March 2016

Kuliah di UK - What I Need to Know? Part 1

19:29 0 Comments
Sewaktu saya masih menyiapkan studi lanjut saya, ada beribu pertanyaan yang menghampiri. Beruntungnya, saya memiliki teman-teman yang bisa saya tanyai langsung untuk mendapatkan info apa dan bagaimana kuliah di UK. Semoga teman-teman saya yang baik hati itu, tidak bosan saya tanyai terus-terusan karena alhamdulilah akhirnya saya bisa meneruskan jejak mereka.

Setelah saya kuliah, kini giliran saya yang dapat banyak pertanyaan. Baik dari teman-teman dekat, teman tidak terlalu dekat sampai orang asing yang entah bagaimana caranya bisa menemukan saya itu. Pertanyaan-pertanyaan itu juga begitu banyak dan saya rasa saya perlu membagikan jawaban-jawaban saya itu di blog. Bukan untuk pamer, tapi untuk membantu mereka yang masih punya pertanyaan dan belum puas dengan jawaban-jawaban yang ada.

Tulisan ini saya bagi dalam tiga bagian dengan format Q&A. Bagian pertama untuk mereka yang masih ditahap belum menentukan dan belum mendapatkan sekolah. Bagian kedua untuk mereka yang sudah mendapatkan sekolah dan mempersiapkan diri untuk berangkat dan Bagian ketiga untuk mereka yang baru saja sampai. Semoga tulisan ini bisa membantu.

Bagian Satu : untuk mereka yang ingin menentukan kuliah lagi atau tidak dan sedang memilih kampus tujuan
Bagian ini biasanya dimulai dengan pertanyaan, bagaimana rasanya kuliah di UK dan apa bedanya dengan kuliah di Indonesia.

Q: Nada, bagaimana rasanya kuliah di UK?

A: Menyenangkan dan menegangkan. Jawaban ini sebenarnya bisa sangat subjektif karena pengalaman setiap orang berbeda. Jawaban saya ini pun tidak dapat dijadikan jawaban general bahwa semua yang kuliah di UK mengalami apa yang saya alami. Okay, lanjut ke jawaban saya. Mengapa menyenangkan? Karena fokus studi saya berubah dari semula murni engineering menjadi lebih ke arah bisnis. Pendidikan S1 saya tempuh di Institut Teknologi Sepuluh Nopember di bidang Teknik Informatika. Sehari-hari semasa kuliah saya disibukkan dengan tugas yang mayoritas tugas coding. Ilmu coding saya dapatkan dari kampus dan buku diktat untuk algoritma. Saya jarang baca paper karena jarang mata kuliah mewajibkan saya untuk membaca paper. Yang ada adalah buku diktat tebal dengan tugas-tugas coding yang tanpa henti. Akhir pekan biasanya saya habiskan di kampus apalagi jika sudah mendekati akhir semester saat jadwal demo final project mulai datang satu per satu. Di teknik informatika, mahasiswa dituntut untuk bisa menganalisa masalah, memecahkannya dengan seefisien mungkin dan membahasakannya dalam bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman menuntut ketelitian luar biasa, karena satu karakter yang salah saja cukup untuk mengacaukan program yang dibuat. Dan sering kali error dalam program (biasa disebut bug) yang membuat saya susah tidur. Mengapa saya perlu menjelaskan ini panjang lebar? Karena ini akan memberikan gambaran bagaimana saya bisa mengatakan kuliah S2 itu menyenangkan.

Saya mengambil pendidikan master saya di University of Warwick, tepatnya di Warwick Business School dengan course Information System Management and Innovation atau biasa disebut ISMI. Wait, kok pindah jurusan sih, Nad? Salah satu alasan utama kenapa saya mengambil jurusan saya ini karena saya menyadari untuk membuat software, saya tidak hanya belajar bagaimana suatu software itu dibuat tapi juga bagaimana mengelola software dan orang-orang yang terlibat dan menggunakannya. Sisi sosial dari software ini yang ingin saya pelajari karena menurut ini sama pentingnya dengan sisi teknis.

Dalam perkuliahan master, tidak ada mata kuliah yang mengajarkan ngoding sama sekali. Inilah alasan menyenangkan pertama. Bukan karena saya benci ngoding tapi karena terlepas dari beban testing, debugging, rewriting program itu menyenangkan juga. Kuliah saya lebih banyak tentang mempelajari kasus-kasus bidang IT dipandang dari sudut manajemen dan sosial. Karena itu, setiap sebelum perkuliahan akan ada paper-paper yang harus dibaca. Jika semasa S1, buku diktat adalah panduan utama, di S2 ini buku justru jadi rujukan kedua setelah paper. Paper dianggap sebagai bahan utama karena pembahasan yang lebih mendalam daripada buku. Tugas-tugas saya sendiri adalah tugas kelompok dan tugas essay.

Disinilah hal menegangkan itu muncul. Menulis essay. Jika itu terjadi di kuliah S1 saya, saya akan sangat bersyukur disuruh menulis essay daripada menulis program. Tapi ternyata menulis essay pun tak mudah. Di UK, aturan mengenai plagiarisme diatur sangat ketat, kedalaman analisis juga benar-benar dinilai. Jadi tak hanya sekadar menyalin apa yang tertulis di buku diktat. Essay yang bagus adalah essay yang menunjukkan kualitas berpikir kritis dengan analisa mendalam didukung dengan dasar teori yang kuat. Untuk menghasilkan satu essay yang bagus saya harus membaca belasan hingga puluhan paper dulu, ditambah setumpuk buku-buku diktat. Sudah terbayang menegangkannya?

Di UK, nilai juga sangat ketat. Disini 70 adalah nilai distinction. Semacam nilai A jika di Indonesia. Sementara batas lulus adalah 50 untuk master. Mudah kah dapat 70 untuk essay? Untuk saya, SUSAH. Meskipun pernah, itu harus ngos-ngosan dulu dan tidak tidur berhari-berhari. Meskipun banyak mahasiswa Indonesia lulus distinction (semacam cumlaude), yang lulus dengan nilai ngepas dan bahkan tidak lulus juga ada.

Di UK juga essay-essay itu biasanya diberikan setelah masa perkuliahan selesai, artinya liburan adalah liburan semu karena saat itulah kita harus mengerjakan essay. Yang menyenangkan, akses paper yang berlimpah, ilmu-ilmu baru yang terus berkembang tanpa terlalu sibuk dikurung dalam sekat, ruang belajar yang mendukung dan teman diskusi yang banyak membuat iklim belajar disini meskipun menegangkan tetap menyenangkan. Sampai sini, masih ingin sekolah di UK?

Q: Masih dong. Kan ingin dapat pengalaman belajar di luar negeri. Tapi mahal ya?
A: Iya. MAHAL. Pake banget. Tapi alhamdulilah saya mendapatkan beasiswa.

Q: Beasiswa apa? Bagaimana cara mendapatkannya?
A: Beasiswa yang tersedia sebenarnya banyak, tapi yang populer di Indonesia adalah LPDP dan Chevening. Saya sendiri penerima beasiswa LPDP. Untuk tahu LPDP itu apa, bisa langsung cek di website lpdp http://www.lpdp.depkeu.go.id/. Termasuk persyaratan pendaftarannya apa saja dan bagaimana prosesnya. Kalau memang ingin sekali mendapatkan beasiswa LPDP, saran saya baca sampai tuntas website lpdp dan jangan sampai menanyakan hal-hal yang jawabannya sudah jelas ada di website seperti, "Syarat IPK berapa?" atau "Dokumen apa saja yang perlu disiapkan?". Saya kurang semangat menjawab pertanyaan macam itu karena artinya orang yang menanyakannya kurang serius dalam mempersiapkan diri untuk mendapatkan beasiswa. Kalau informasinya tidak tersedia di website, barulah layak untuk ditanyakan.

Yang harus diingat, jawaban saya tidak mewakili jawaban resmi dari LPDP karena jawaban resmi LPDP hanya ada di laman resmi LPDP. Jawaban saya adalah jawaban-jawaban pribadi sebagai seorang awardee LPDP. Sebenarnya ini termasuk pertanyaan syarat masuk Warwick apa saja dan dokumen apa saja yang perlu disiapkan, berapa skor IELTS yang diminta. Karena informasi ini sudah ada di website University of Warwick (dan juga mayoritas Universitas di UK) tertera dengan lengkap dan jelas. Kuncinya satu, kalau memang ingin kuliah di UK, jangan malas mencari informasi dan membaca dari website-website. Itulah sumber utama, pertanyaan ke teman-teman atau tulisan semacam ini hanyalah sumber pelengkap dan tersier saja.

Kembali ke persoalan bagaimana saya mendapatkan beasiswa, saya saat itu mengikuti proses pendaftaran beasiswa berbarengan dengan mendaftar kuliah di University of Warwick. Saya menyiapkan semua dokumen untuk beasiswa, mulai dari ijazah sampai essay. Saya juga menyiapkan diri untuk wawancara. Untuk wawancara, saran saya hanyalah satu, kenalilah dirimu sendiri dan tujuanmu. Mengapa ingin kuliah lagi, apakah memang ada tujuan atau sekadar ingin karena menurutmu itu sedang trend. Bagaimana mengenali diri sendiri dan tujuan studi akan sangat menentukan arah dan hasil wawancara.

Q : Kalau untuk kuliah, ceritakan dong sampai diterima di University of Warwick!
A: Saya termasuk orang yang dari awal sudah tahu akan kuliah dimana dan saya pun tidak mendaftar ke universitas lain. Beruntungnya saya dinyatakan diterima seminggu setelah semua berkas saya lengkap. Sangat cepat dibandingkan dengan universitas lain yang bisa menunggu sampai tiga bulan lamanya. Saat itu, saya masih kurang hasil test IELTS, jadi saya masih diterima bersyarat. Dokumen yang saya miliki, Conditional Letter, itulah yang saya bawa saat wawancara LPDP. Begitu saya mengirimkan hasil IELTS saya yang memenuhi persayaratan, saya mendapatkan Unconditional Letter. Setelah saya dinyatakan diterima, pihak kampus juga meminta saya untuk mengirimkan dokumen-dokumen via pos. Untuk ini, setiap universitas memiliki kebijakan yang berbeda. Ada yang verifikasi dokumen dilakukan saat daftar ulang tapi ada juga yang seperti University of Warwick.

 Tiga pertanyaan itu adalah pertanyaan yang paling banyak saya dapatkan untuk tahap satu, kalau ada jawaban yang terasa pedas dan kurang manis, begitulah kenyataannya. Saya tidak akan mengatakan kuliah di UK itu menyenangkan dan mudah, saya cuma mengatakan, kalau saya bisa, kamu juga bisa. :) 

Saya berasal dari Temanggung, kabupaten di Jawa Tengah. Tinggal pun di kecamatan, bukan di pusat kota. Kalaulah saya yang anak desa biasa-biasa saja ini bisa, kamu juga bisa. :)

Jika merasa ada pertanyaan yang belum terjawab, bisa dipost di kolom komentar. Saya akan kembali dengan posting Q&A bagian dua dan tiga! Semoga membantu!